Pada awalnya sektor pertanian mempunyai peranan
penting dalam pembangunan Indonesia karena sebagai penyedia angkatan kerja,
sumber modal, sumber devisa, dan pasar outpout bagi sektor non pertanian.
Seiring dengan perkembangan pembangunan, peran
pertanian mulai menurun setelah prioritas pembangunan beralih ke sektor non
pertanian. Masalah-masalah juga mulai muncul dan cukup sulit untuk diatasi.
Majunya pembangunan mengakibatkan tingkat pendapatan masyarakat juga makin
tinggi. Keadaan ini ternyata tidak
selalu membawa dampak baik pada usaha pertanian. Kenyataannya kenaikan
pendapatan masyarakat yang makin tinggi secara proposional akan menyebabkan
kenaikan pendapatan yang dibelanjakan untuk produk pertanian semakin menurun,
ini akibat dari sifat produk pertanian
yang memiliki elastisitas rendah. Sehingga banyak produk pertanian yang tidak
terjual secara baik, serta kenaikan nilai tambah yang sangat kecil. Akibatnya penerimaan
petani mejadi rendah dan akhirnya pendapatan petani secara umum juga semakin rendah.
Kebijakan tentang murah pangan juga membawa implikasi masalah bagi petani, yakni
semakin menurunnya nilai tukar sektor pertanian dibandingkan dengan sektor
industri. Contoh untuk padi, harga padi
dari tahun ke tahun tidak bisa naik secara signifikan. Tentunya petani sangat berharap harga padi bisa naik jauh lebih tinggi. Tetapi hal ini tidak mungkin karena
merupakan makanan pokok rakyat Indonesia, dan tetap dipertahankan agar harga
beras tidak mahal. Kalaupun harga beras sebagai sembako dibiarkan dan tidak dikontrol pemerintah, ada kemungkinan
harganya memang bisa sangat tinggi. Namun kenaikan harga beras atau sembako
nantinya juga mempunyai implikasi kenaikan harga-harga
lain yang menimbulkan masalah baru.
Peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan
skala usaha juga tidak mungkin
dilakukan, karena rata-rata luas garapan petani yang semakin sempit. Dalam 10
tahun saja 1 juta hektar sawah telah beralih fungsi, yang nyata-nyata semakin
mempersempit usaha tani.
Adanya perdagangan bebas juga semakin memperburuk
kondisi pertanian di Indonesia, karena petani Indonesia rata-rata petani kecil
dan lemah, sehingga tidak mampu bersaing dengan petani luar negeri.
Masalah lain yang dihadapi petani adalah :
1. Produktifitas dan efisiensi pertanian rendah.
2. Transformasi sektor pertanian ke sektor
industri belum baik. Sektor Industri yang diharapkan mampu menyerap tenaga
kerja pertanian ternyata masih belum mampu menyerap secara baik. Bahkan sektor
pertanian masih dibebani untuk terus menyerap sektor pertanian padahal sudah
tidak mampu, akibatnya banyak terjadi pengangguran.
3. Penguasaan tekhnologi yang masih rendah
sehingga produktifitas dan kualitas produk pertanian rendah.
4. Petani masih belum menjadi subyek pembangunan.
Oleh karena itu perlu ada kebijakan yang diarahkan
untuk meningkatkan produktifitas pertanian baik dari sisi fisik maupun nilai
tambah.
Kebijakan
pertanian merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengubah lingkungan dalam
produksi pertanian yang ada. Secara umum tujuan kebijakan diarahkan untuk
pertumbuhan ekonomi (efisiensi) dan untuk memperbaiki distribusi pendapatan
(equity). Secara lebih fokus beberapa
kebijakan diarahkan pada kebijakan sektoral . beberapa kebijakan tersebut, misalnya:
1. Kebijakan harga, merupakan kebijakan yang
dirancang untuk mempengaruhi tingkat dan stabilitas harga-harga yang diterima
oleh petani dan hasil-hasil usaha tani.
2. Kebijakan pemasaran, merupakan kebijakan
mengenai pemindahan hasil-hasil usaha tani dari petani ke konsumen.
3. Kebijakan input, drancang untuk
mempengaruhi harga dan sistem pembelian input variabel.
4. Kebijakan kredit, untuk perolehan modal
kerja
5. Kebijakan mekanisasi, untuk mengadopsi
teknologi mekanis
6. Kebajikan land reform, mengubah distriusi kepemilikan atau kondisi-kondisi
yang berhubungan dengan tanah
7. Kebijakan penelitian, penyebaran tekologi
baru dan peningkatan produktivitas
8. Kebijakan pengairan, perolehan air sebagai
sumber daya dalam usahatani
Tujuan
kebijakan meliputi pertimbangan stabilitas politik dan sosial, integrasi
ekonomi nasional, peningkatan keamanan pangan, peningkatan penerimaan ekspor,
pencegahan kekurangan gizi, pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja, dll.
Scopenya bisa lokal, provinsi atau nasioanal. Penerapan kebijakan menyesuaikan
dengan kendala yang muncul disektor pertanian. Misal harga tidak stabil maka
kebijakan yang diterapkan adalah stabilisasi harga hasil usaha tani. Kendala
kekurangan air maka kebijakan yang diterapkan berhubungan dengan perairan.
Apabila terjadi serangan hama maka yang diterapkan kebijakan tentang penelitian
pemberantasan hama dst.Pada intinya apabila ingin mengangkat kesejahteraan
petani maka seluruh kebijakan hendaknya diarahkan untuk peningkatan
produktifitas pertanian baik fisik maupun nilai tambahnya.
No comments:
Post a Comment