1.10.15

Pengambilan Keputusan

     Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita sering mengambil keputusan, misalnya keputusan untuk sekolah, bekerja, dan menentukan pilihan hidup. Untuk mengambil suatu keputusan  terkadang kita harus mempertimbangkan banyak hal agar di kemudian hari tidak merasa menyesal. Apalagi itu berhubungan dengan masa depan kita atau kepentingan orang banyak. Definisi dari pengambilan keputusan itu sendiri adalah seleksi dari   berbagai alternatif yang akan ditempuh, yang merupakan rentetan dari inti perencanaan.



      Kadang-kadang para manajer melihat  pengambilan keputusan  sebagai pekerjaan pokoknya karena mereka harus terus menerus memilih apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukannya, kapan, di mana, dan kadangkala juga bagaimana harus melakukannya.  Pengambilan keputusan bisa dianggap sebagai (1) dasar pemikiran, (2) pengidentifikasian alternatif-alternatif, (3) penilaian alternatif-alternatif dlihat dari sudut tujuan yang ingin dicapai, dan (4) pemilihan suatu alternatif yaitu pengambilan keputusan.

      Pengambilan keputusan secara efektif memerlukan seleksi rasional atas suatu arah tindakan. Tetapi apakah artinya rasionalitas? Bilamanakah seseorang memikirkan atau menentukan rasionalitas? Hal itu seringkali dianggap suatu pemecahan masalah, dan  suatu masalah kadang-kadang diidentifikasi sebagai keadaan kebingungan, keragu-raguan atau kekacauan. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa kondisi-kondisi tertentu harus dipenuhi sebelum kita dapat mengatakan bahwa orang bertindak atau memutuskan secara rasional.

      Pertama-tama, kita harus berusaha mencapai suatu tujuan yang tidak bisa didapatkan tanpa tindakan positif. Kedua, kita  harus mempunyai pengertian yang jelas mengenai arah-arah alternatif dengan  mana suatu tujuan dapat dicapai dalam keadaan dan batasan-batasan yang ada. Ketiga, mereka harus mempunyai informasi dan kemampuan untuk menganalisis dan menilai alternatif-alternatif dipandang dari sudut tujuan yang mau dicapai.

     Dalam dunia bisnis, apa yang harus  diusahakan seorang manajer adalah rasionalitas terbatas, atau apa yang disebut “rasionalitas terikat”.  Karena banyaknya batasan untuk dapat benar-benar rasional dalam praktek, maka tidak mengherankan bila manajer kadang-kadang membiarkan ketidaksukaannya akan risiko, keinginan untuk  “tak mengambil risiko, main aman”, untuk mencampuri keinginan agar mencapai penyelesaian yang paling baik.

     Para manajer tidak hanya harus mengambil  keputusan yang benar, tetapi harus pula mengambilnya setiap kali diperlukan dan seekonomis mungkin dengan juga mempertimbangkan dampak manusiawi,  karena tentunya setiap keputusan yang diambil  mempunyai imbas kepada kepentingan banyak orang.

No comments:

Post a Comment