Pembangunan pada dasarnya adalah
usaha mencapai perubahan-perubahan yang bersifat perbaikan dan peningkatan,
serta penciptaan hal-hal baru yang membawa kemajuan. Untuk mencapai
perubahan-perubahan itu pada umumnya perlu adanya penerapan hal-hal yang baru
apakah itu berupa cara-cara baru, teknologi, benda atau barang baru, cara
pengorganisasian baru, ataupun gagasan-gagasan baru. Jadi pemba-haruan atau
inovasi merupakan syarat mutlak bagi adanya pembangunan. Inovasi yang dimaksud
tidak perlu harus sama sekali baru di dunia, tetapi baru bagi orang atau daerah
yang akan membangun itu. Misalnya menggunakan pipa pvc untuk mengalirkan air
bersih dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila sebelumnya pipa pvc belum pernah
digunakan di daerah itu, maka itu dikatakan sebagai inovasi, meskipun
penggunaan pipa pvc sama sekali bukan lagi baru di dunia. Jadi syarat yang
pertama harus ada inovasi.
Inovasi itu harus diadopsi oleh orang-orang yang memerlukan; artinya inovasi itu harus dapat diterima dan diterapkan oleh orang-orang yang bersangkutan. Tanpa mengadopsi sesuatu yang baru berarti orang-orang itu tetap menggunakan cara atau alat lama; karena tak ada yang baru maka mutu dan jumlah hasil kerjanya juga sama seperti sebelumnya, tak ada perbaikan. Tak ada perbaikan berarti tak ada pemba-ngunan. Jadi syarat kedua untuk terjadinya pembangunan adalah adanya proses adopsi inovasi. Inovasi yang dimaksud tidak perlu harus yang canggih, yang sangat sederhanapun jadi. Yang penting ada adopsi inovasi, syukur kalau inovasi itu agak canggih. Hanya dengan adanya adopsi sesuatu inovasi akan terjadi perubahan, dan de-ngan adanya perubahan itu membuka peluang untuk terjadinya perbaikan. Itulah hakikat pembangunan.
Inovasi itu harus diadopsi oleh orang-orang yang memerlukan; artinya inovasi itu harus dapat diterima dan diterapkan oleh orang-orang yang bersangkutan. Tanpa mengadopsi sesuatu yang baru berarti orang-orang itu tetap menggunakan cara atau alat lama; karena tak ada yang baru maka mutu dan jumlah hasil kerjanya juga sama seperti sebelumnya, tak ada perbaikan. Tak ada perbaikan berarti tak ada pemba-ngunan. Jadi syarat kedua untuk terjadinya pembangunan adalah adanya proses adopsi inovasi. Inovasi yang dimaksud tidak perlu harus yang canggih, yang sangat sederhanapun jadi. Yang penting ada adopsi inovasi, syukur kalau inovasi itu agak canggih. Hanya dengan adanya adopsi sesuatu inovasi akan terjadi perubahan, dan de-ngan adanya perubahan itu membuka peluang untuk terjadinya perbaikan. Itulah hakikat pembangunan.
Suatu inovasi atau pembaharuan bisa hanya bersifat perbaikan terhadap cara lama. Perbedaan antara perbaikan dan inovasi hanya pada derajat perubahannya. Perubahan ini merupakan hakikat dari setiap pembangunan, namun tentunya bukan asal perubahan tetapi perubahan yang bersifat perbaikan dan/atau peningkatan, perubahan yang mendatangkan sesuatu yang lebih baik.
Inovasi adalah hasil penelitian, percobaan atau pengalaman. Pengalaman sehari-hari sering menghasilkan pembaharuan atau inovasi. Orang biasapun bisa menghasilkan inovasi, tak perlu harus orang-orang yang peneliti ataupun ilmuwan. Modal utama untuk bisa menghasilkan sesuatu yang baru atau inovasi adalah kreativitas dan keberanian untuk mencoba sesuatu yang berbeda dengan yang sudah biasa dilakukan.
Sejak pertama kali seseorang mendengar tentang adanya sesuatu yang baru sampai kemudian dia benar-benar menerapkan hal yang baru itu dalam kehidupannya sehari-hari orang tersebut mengalami proses mental yang disebut proses adopsi Inovasi.
Menurut teori proses adopsi inovasi melewati lima tahapan, ialah :
1. Tahap kesadaran akan adanya hal baru, tetapi informasi yang di-
peroleh belum lengkap.
2. Tahap berminat terhadap hal
yang baru itu.
3. Tahap menilai baik-buruknya hal baru itu seandainya diadopsi
oleh orang yang bersangkutan.
oleh orang yang bersangkutan.
4. Tahap mencoba hal baru itu
dalam skala kecil (terbatas).
5. Tahap pengambilan keputusan,
apakah akan mengadopsi atau me-
nolak inovasi.
nolak inovasi.
Proses adopsi inovasi selalu mulai dari tahap I dan bergerak kearah tahap berikut-nya, tetapi gerak ini tidak otomatis dan tidak pula searah. Proses dari tahap I sampai tahap V bisa dialami seseorang dengan cepat, mungkin dalam satu hari sudah berhasil mengadopsi sesuatu inovasi. Tetapi bagi orang lain proses adopsi terhadap jenis inovasi yang sama bisa berjalan terbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun. Proses bisa berhenti pada tahap tertentu, dan baru mulai bergerak lebih lanjut lagi setelah beberapa waktu. Proses itu bahkan dapat berhenti untuk waktu yang lama sehingga orang yang bersangkutan menjadi lupa bahwa pernah mengenal sesuatu inovasi. Lambatnya proses itu selain disebabkan oleh kurangnya minat pada inovasi, bisa pula disebabkan oleh kurang lancarnya komunikasi informasi tentang inovasi tersebut. Memang komunikasi informasi itu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi lajunya proses adopsi inovasi.
No comments:
Post a Comment