30.11.11

Tahapan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat

Tahap 1. Seleksi lokasi 
Seleksi lokasi dilakukan untuk menentukan tempat atau wilayah pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang diinginkan. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan Masyarakat. Misalnya:
·         Kesediaan masyarakat menerima kegiatan non-fisik
·         Tidak terlalu banyak kegiatan keproyekan lain
·         Adanya masyarakat yang terpinggirkan
·         Dukungan dari aparat desa serta tokoh-tokoh masyarakat
·         Lokasi terjangkau,sesuai kemampuan dan sarana.
Penetapan kriteria ini penting agar tujuan lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat akan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin.  Bisa saja suatu desa terlalu luas untuk menerapkan Pemberdayaan Masyarakat secara menyeluruh sehingga Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan misalnya dalam salah satu dusun.

Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat 
Sosialisasi PM dilakukan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam program.
Tahapan dan metode dalam proses sosialisasi meliputi: Pertemuan formal dengan Aparat Desa dan tokoh-tokoh masyarakat, Menyepakati wilayah kerja (dusun), Pertemuan formal dengan masyarakat, Pertemuan informal dengan masyarakat: kunjungan rumah, diskusi kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (sosial, agama, lapangan)
Hal – hal yang perlu disosialisasikan misalnya: Penjelasan tujuan, manfaat, sasaran PM, Prinsip-prinsip PM (termasuk prinsip non-fisik), Penjelasan kelompok sasaran (pria, wanita, pemuda dan lain-lain), Umpan balik masyarakat terhadap semua aspek di atas. Materi dan media yang dapat dimanfaatkan dalam sosialisasi diantaranya: Brosur, Film(video), Poster ,Buku dll.

Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat: 

Kajian keadaan pedesaan partisipatif
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dimaksudkan agar masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Selain itu tahap ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta sumber daya alam dan sumber daya manusia. Gambaran ini akan memberikan dasar untuk penyusunan rencana kegiatan pengembangan.

Pengembangan kelompok 
Pengembangan kelompok dilakukan dengan memfokuskan kegiatan pada masyarakat yang benar-benar tertarik dan berminat untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam hal ini perlu diperhatikan keterlibatan perempuan serta yang terabaikan lain. Kegiatan bersama ini dapat berbentuk suatu kelompok yang lengkap dengan kepengurusan dan aturan. Pembentukan berdasarkan kemauan masyarakat dan bisa terjadi pada saat pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif maupun sesudahnya. Berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat untuk memandirikan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.

Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana kelompok dimaksudkan agar kelompok dan anggotanya mampu mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan yang konkrit dan realistis. Dasar penyusunan adalah potensi dan masalah-masalah yang sudah teridenitfikasi dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dan tujuan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, bukan hanya pengurus, tetapi seluruh anggota kelompok berperan serta.

Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi dilaksanakan secara mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. M&EP dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam PM di mana intinya adalah peran masyarakat sebagai pelaku utama. M&EP adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan PM, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan. 

Tahap 4. Pemandirian Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat dari awal proses sadar bahwa hal ini akan terjadi.

16.11.11

Masalah Kekurangan Gizi

      
Masalah kekurangan gizi masih terjadi dan cukup banyak kita temui dalam masyarakat, hal ini terjadi sebagai akibat dari kemiskinan yang masih dialami oleh sebagian masyarakat. Di samping itu kesadaran dan penmgetahuan masyarakat akan pentingnya nilai gizi juga masih rendah sehingga sebagian masyarakat mengabaikan kebutuhan dan kecukupan gizinya. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga keluar dari jerat kemiskinan dengan meningkatkan program pemberdayaan, penciptaan lapangan kerja dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada sebagai lumbung hidup masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memiliki kemampuan secara ekonomi untuk memilih bahan makanan yang sesuai dan memiliki gizi yang lebih baik. Disamping itu diperlukan juga upaya untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun informal, sehingga masyarakat semakin mengerti dan menyadari pentingnya gizi dan kecukupan gizi bagi kehidupannya sekarang dan di masa datang.
  

15.11.11

Prinsip Homophily dan Heterophily dalam Komunikasi

          
Prinsip homophily merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan. Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan bicara berada dalam suasana perbedaan.
Ilustrasi:
Ketika melakukan kegiatan presentasi proposal kerjasama dengan pemimpin perusahaan yang berasal dari Yogyakarta dan terkenal sangat santun sesuai dengan budayanya, maka Anton melakukan presentasi dengan santun, tapi jelas dan pasti. Hal ini membuat pemimpin perusahaan tersebut sangat terkesan dan menerima proposal yang dipresentasikan. Hal yang berbeda dengan presentasi yang dilakukan dalam prinsip heterophily seperti yang dialaminya tahun lalu, ketika itu ia mempresentasikan proposalnya dengan lugas, banyak menggunakan bahasa Inggris dan banyak mengambil contoh kasus di Amerika. Presentasinya tidak begitu disukai dan proposalnya tidak begitu disukai dan proposalnya ditolak mentah – mentah.

1.11.11

Peran sektor informal di perkotaan sebagai faktor pendorong dalam perubahan sosial

Sektor informal seperti pedagang kaki lima perkotaan berperan sebagai pendorong perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat modern perkotaan dan juga perdesaan. Sifat sektor informal yang tidak membutuhkan modal besar, yang dapat menggunakan bahan setempat dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi ini, relatif tidak sensitif terhadap gejolak perekonomian internasional. Perekonomian di sektor informal ini relatif dapat lebih mandiri. Oleh karena pertumbuhan di sektor informal secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi lemah, maka kemajuan dalam sektor informal sekaligus menaikkan pendapatan nasional, walau tidak banyak, dan memperbaiki distribusi pendapatan.
Dari sisi lapangan kerja, beberapa referensi dan hasil pengamatan mengungkapkan bahwa sektor informal merupakan tumpuan bagi tenaga kerja yang tidak berhasil memasuki lapangan pekerjaan dengan penghasilan layak di sektor formal. Struktur pasaran tenaga kerja di sektor informal sangat berbeda dengan di sektor formal. Pasaran tenaga kerja dalam sektor formal sendiri memiliki ciri tenaga bergaji yang melakukan tugas pekerjaan permanen, diorganisasi dengan resmi, dilindungi dan tercatat dalam statistik ekonomi. Sedangkan di sektor informal, cirinya yang menonjol adalah adanya hubungan kerja tanpa perjanjian atau kontrak tertulis. Sektor informal pada pokoknya merupakan sumber lapangan kerja sendiri yang kadang-kadang melibatkan tenaga seluruh anggota rumah tangga.
Struktur lapangan kerja umumnya dan pasaran tenaga kerja khususnya di sektor informal, sungguh kompleks. Namun dapat dipastikan bahwa sektor ini menyerap banyak sekali tenaga penganggur yang tidak terserap dalam memasuki lapangan kerja formal. Besarnya presentasi pekerja yang masuk sektor informal dan meningkatnya presentasi tersebut (untuk daerah kota) mungkin merupakan percerminan ketidakmampuan sektor formal untuk menampung luberan angkatan kerja. Pendapat ini didasarkan atas asumsi bahwa kalau dapat, orang akan selalu berusaha untuk bekerja di sektor formal. Hanya bila tidak ada lowongan di sektor formal, maka orang lalu mencari atau menciptakan kesempatan kerja di sektor informal. Dengan kata lain, sektor informal dilihat sebagai sektor sisa.
Namun mungkin pula bahwa orang bekerja di sektor informal bukan karena mereka tidak dapat bekerja di sektor formal. Mereka memilih sektor informal karena sektor ini lebih mempunyai daya tarik. Beberapa kasus yang terjadi memperlihatkan betapa tinggi daya tarik sektor informal walaupun mereka harus bekerja dengan jam kerja yang panjang ataupun tidak menentu, dan bahkan dengan lingkungan yang kadang-kadang kurang menyenangkan. Kegiatan ekonomi di sektor ini ternyata cukup stabil. Sebagian besar movers telah bekerja di usaha yang sama selama lebih dari tiga tahum. Kepuasan kerja cukup tinggi, terutama pada mereka yang berpendidikan rendah. Berlainan dengan ketatnya kompetisi lapangan pekerjaan di sektor formal, beberapa dari informan mengatakan mudah memperoleh pekerjaan asal mau bekerja di sektor informal.
Para pekerja sektor informal pada umumnya adalah kaum pendatang perkotaan yang berasal dari daerah pedesaan di sekitar kota.  Pekerja sektor informal bisa mengirimkan uang hasil usaha mereka ke desa atau daerah asal sehingga berpengaruh pada roda perekonomian desa atau daerah asal mereka. Di samping itu mereka juga membawa gaya hidup perkotaan ketika pulang ke desa. Hal ini mengakibatkan perubahan yang mereka alami tidak hanya berpengaruh pada kehidupan sosial perkotaan akan tetapi juga berdampak pada desa atau daerah asal mereka.