28.10.10

MENGURAI MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA

oleh : I Komang Suarsana

           PENDAHULUAN

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi bangsa sangat penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia dan di negara-negara sedang berkembang pada umumnya menggantungkan kehidupan pada sektor tersebut. Melalui pembangunan pertanian diharapkan penduduk pedesaan yang relatif miskin dan tersisih dari arus kemajuan pembangunan nasional akan dapat memberdayakan diri dalam proses dan dinamika pembangunan Akan tetapi selama ini pembangunan pertanian di Indonesia belum menampakkan kemajuan yang berarti. Hal ini terlihat dari masih belum tercapainya swasembada pangan guna menunjang ketahanan pangan nasional seperti yang diharapkan.
Dalam pembangunan pertanian Indonesia, Jamal (2008) mengatakan ada tiga hal yang dianggap sebagai penyebab dari kegagalan pembangunan pertanian Indonesia yaitu masalah akurasi data, sistem perencanaan pembangunan yang terjebak dalam kepentingan jangka pendek, serta terbatasnya ketersediaan tenaga lapang yang andal untuk mendampingi petani. Dalam tulisan ini penulis ingin mengulas lebih jauh tiga hal yang dianggap sebagai penyebab dari kegagalan pembangunan pertanian Indonesia tersebut .

lihat lebih jauh

26.10.10

REVITALISASI PENYULUH PERTANIAN

oleh: I Komang Suarsana


PENDAHULUAN
           Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan terhadap artikel dengan judul yang sama, dengan mencoba meihatnya dari beberapa aspek yang penulis anggap layak untuk dikupas lebih jauh. Seperti dimuat pada artikel tersebut, pada tanggal 3 Desember 2005 di Sumatera Selatan Menteri Pertanian telah mencanangkan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) sebagai tindak lanjut dari revitalisasi pertanian. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya mendudukkan, memerankan dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan. Keberhasilan pelaksanaan revitalisasi ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pelaku usaha pertanian.

           Program revitalisasi difokuskan pada beberapa sub program, yaitu penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian, peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani, peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian, dan pengembangan kerjasama antara sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis.

           Pada tahun 2006 pemerintah telah mengangkat 6.000 orang penyuluh honorer, dan rencananya akan ditambah lagi 10.000 orang tahun ini. Selain itu, Deptan juga berupaya memperbaiki dan memfungsikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), menyediakan kendaraan dinas untuk transportasi penyuluh, serta membenahi metoda dan sistem penyuluhan yang selama ini lebih banyak berorientasi pada peningkatan produksi kepada penyuluhan yang berorientasi kepada agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya.
Dinamika pertanian yang juga bergerak seiring dengan perkembangan global menuntut penyuluh lapangan untuk memiliki fungsi paling tidak dalam tiga hal yaitu transfer teknologi (technology transfer), fasilitasi (facilitation) dan penasehat (advisory work). Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut, penyuluh pertanian lapangan mestinya juga menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

           Tema-tema penyuluhan juga bergeser tidak hanya sekedar peningkatan produksi namun menyesuaikan dengan isu global yang lain misalnya bagaimana menyiapkan petani dalam bertani untuk mengatasi persoalan perubahan iklim global dan perdagangan global. Petani perlu dikenalkan dengan sarana produksi yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap goncangan iklim, selain itu teknik bertani yang ramah lingkungan, hemat air serta tahan terhadap cekaman suhu tinggi nampaknya akan menjadi tema penting bagi penyuluhan pertanian masa depan.

Baca selengkapnya

17.10.10

AGRIBISNIS DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA

           Dalam tinjauan aspek sosial-ekonomi pembangunan pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, terdapat pandangan yang berbeda atau mungkin berseberangan dengan kerangka pikir yang mengarahkan semua topik pada pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Menurut Mubyarto dan Awan Santosa (2003) istilah pertanian tetap relevan dan pembangunan pertanian tetap merupakan bagian dari pembangunan perdesaan (rural development) yang menekankan pada upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk desa, termasuk di antaranya petani. Fokus yang berlebihan pada agribisnis akan berakibat berkurangnya perhatian pada petani-petani kecil, petani gurem, dan buruh-buruh tani yang miskin, penyakap, petani penggarap, dan lain-lain yang kegiatannya tidak merupakan bisnis. Padahal jumlah mereka masih banyak sekali, dan merekalah penduduk miskin di perdesaan yang membutuhkan perhatian dan pemihakan para pakar terutama pakar-pakar pertanian dan ekonomi pertanian. Pakar-pakar agribisnis lebih memikirkan bisnis pertanian, yaitu segala sesuatu yang harus dihitung untung-ruginya, efisiensinya, dan sama sekali tidak memikirkan keadilannya dan moralnya. Pembangunan pertanian Indonesia harus berarti pembaruan penataan pertanian yang menyumbang pada upaya mengatasi kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan mereka yang paling kurang beruntung di perdesaan.
Baca Agribisnis dan paradigma pembangunan pertanian Indonesia selengkapnya

3.10.10

Siklus ( daur ) hidrologi

           Siklus hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada dasarnya siklus atau daur hidrologi meliputi perjalanan air dari sumber utamanya yaitu samudra atau laut, menuju atmosfer dalam bentuk uap air, awan, hujan dan daratan , sungai, danau, tumbuhan, hewan, manusia, dan air bawah tanah.

          Air naik ke udara dari permukaan laut dan dari daratan melalui Evapotranspirasi yaitu perpaduan antara evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah penguapan dari badan air secara langsung sedangkan Transpirasi adalah penguapan air yang terjadi pada tumbuhan. Selain itu uap air dapat juga berasal dari proses Respirasi ( pengupan air dari tubuh hewan dan manusia ).

         Air di atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi sehingga cukup tinggi/dingin untuk terjadi kondensasi yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titikair sebagai hasil pendinginan. Presipitasi (segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, hujan salju) dapat terjadi sebagai Hujan di lautan sehingga membentuk siklus pendek (samudra – atmosfer –samudra) atau turun sebagai hujan di daratan sehingga membentuk siklus sedang (samudra –atmosfer – daratan – samudra) dan turun sebagai salju di puncak gunung sehingga membentuk siklus panjang (Samudra – atmosfer – gunung es – air daratan – samudra).

         Air di daratan terdapat pada banyak tempat. Sebagian air hujan di atas daun tumbuh-tumbuhan (intercception) dan menguap dari permukaan daun-daun. Air hujan yang tiba di tanah dapat mengalir terus ke laut melewati sungai atau tertahan di kolam, selokan dan sebagainya (surface detention). Air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut disebut sebagai surface Run off. Sebagian air hujan mengalami Infiltrasi (air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap kedalam tanah) ) dan Perkolasi (air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau Groundwater) tertahan dan tersimpan di danau. Sebagian dari air tanah dihisap oleh tumbuh-tumbuhan, atau diminum oleh hewan dan juga oleh manusia. Manusia bisa menggunakan air untuk banyak keperluan sebelum pada akhirnya air tersebut akan kembali juga ke tanah, sungai ,laut atau menguap ke atmosfer dan mengikuti siklus hidrologi.